Foto: in-dissoluvel |
Sore itu, dengan sejuta harap akan kenangan yang tak pernah memudar, aku menaiki anak tangga menuju atap gedung sekolah. Langkahku pasti seperti memori yang terekam kuat dalam celah hati. Senyumku mengiringi sambil memikirkan bayang yang tak bisa lepas. Bayangmu.
Begitu sampai di atap gedung berlantai tiga ini, angin menyambutku cukup berhasrat. Aku lalu mengedarkan pandang, mencari pendar sosokmu. Namun yang kutemui malah langit lembayung. Bukan kamu. Bukan janji yang selalu ditepatri seperti saat genggaman tangan kita masih erat.
"Maaf aku terlambat," tiba-tiba kudengar suaramu. Aku menoleh dan mendapati sosok